Selasa, 15 April 2008 | 18:56 WIB
BANDUNG, SELASA - Siswa sekolah menengah makin terbebani dengan keberadaan ujian nasional yang waktu pelaksanaanya kian dekat. Persiapan apa pun, khususnya akademis, dilakukan semata mengejar kelulusan. Kalau perlu, hal lainnya, misal kebutuhan sosial, dikesampingkan.
Demikian rangkuman pendapat yang disampaikan sejumlah siswa sekolah menengah di Kota Bandung, Selasa (15/5). Pekan ini, siswa sekolah menengah pertama se-Kota Bandung melakukan try out (pra) ujian nasional serentak hingga Kamis (17/4) mendatang. Ujian nasional tingkat SMP/sederajat dilaksanakan 5-8 Mei mendatang.
Untuk mempersiapkan ujian nasional, ungkap Azis Bac htiar (14), siswa kelas IX SMPN 5 Kota Bandung, dirinya mengikuti tiga pemantapan sekaligus baik dari sekolah, lembaga bimbingan belajar, dan les tambahan dari guru pengampu bidang studi. Rutinitas ini dilakukannya hampir tiap hari sejak awal tahun ajaran baru.
Hampir tidak ada waktu untuk main. Sebenarnya, kita juga gak mau, tetapi kalau dipikir-pikir ini kan juga biar nambah pinter. Supaya bisa lulus, ujar Ardi Maulana (14) siswa lainnya. Biaya yang dihabiskan untuk ikut bimbingan yaitu Rp 1 juta Rp 3 juta per semester. Belum, biaya les khusus dengan guru bidang studi yang besarannya variatif sekitar Rp 100 ribu Rp 300 ribu per bulan.
Menjelang ujian nasional, rata-rata 20 jam per hari waktu siswa digunakan untuk belajar dan latihan soal. Dewi Fitri (15), siswi lainnya menceritakan, mulai pukul 07.00 hingga 17.30 WIB, waktunya dihabiskan untuk belajar dan ikut pemantapan di sekolah ditambah les di bimbingan belajar. "Pulang mandi, abis itu belajar lagi sampai jam 19.30 WIB. Tidur. Abis itu, bangun lagi jam 03.00 pagi untuk ngapalin materi," tuturnya.
Di SMAN 12 Kota Bandung, siswa tidak dipaksa harus ikut pemantapan dan les tambahan. Karena, ini bisa menekan siswa dan justru menjadi bumerang bagi sekolah jika seandainya siswa bersangkutan tidak lulus. Kita (sekolah) bisa di PTUN (gugat) kalau tidak lulus dan kita wajibkan ikut pemantapan. Yang terpenting, diberi pencerahan, lebih ke psikologi, juga doa bersama. Agar, mereka tidak stress, tutur Kepala SMAN 12 Kota Bandung Hartono.
Minggu tenang
Pekan ini, seluruh siswa SMA sederajat diliburkan. Mereka mengikuti minggu tenang sebelum ujian nasional Selasa (22/4) mendatang. Menjelang itu, sejumlah sekolah di Kota Bandung memfokuskan diri untuk membangun mental psikologi sisw a melalui berbagai upaya misalnya doa bersama dan kegiatan ESQ (Kecerdasan Emosi-Psikologi). Ini salah satunya dilakukan di SMAN 9 Kota Bandung.
Menurut Sekretaris Jendral Keluarga Peduli Pendidikan Yanti Sriyulianti, ujian nasional sebaiknya tidak dilaksanakan sebelum pemerintah terlebih dahulu melaksanakan pemerataan mutu sarana pendidikan, kualitas guru, dan akses pendidikan. "Dana ujian nasional (Rp 505 miliar) bukan lebih baik digunakan untuk pemerataan itu?" tuturnya.
Apalagi, baru-baru ini, Pengadilan Tinggi Jakarta menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tentang gugatan warganegara atas ujian nasional (Kompas , 15/4). Menurut putusan itu, pelaksanaan ujian nasional ke depan dianggap melawan hukum jika tidak didahului evaluasi kualitas guru, akses informasi dan pemerataan sarana prasarana pendidikan.
Yulvianus Harjono
sumber:www.kompas.com
Sabtu, 18 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar