Sabtu, 18 April 2009

Perpustakaan Tak Penuhi Standar

Jumat, 22 Agustus 2008 | 11:13 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Sekitar 110 perpustakaan sekolah di Kota Yogyakarta belum memenuhi standar sarana dan prasarana. Selain ruangan perpustakaan yang kurang luas, sejumlah sekolah juga masih kesulitan menambah koleksi buku. Data di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2008, baru 62 persen perpustakaan di SD yang memenuhi standar kelayakan.

Artinya, sekitar 93 perpustakaan SD dari total 244 SD di Kota Yogyakarta belum sesuai standar. Jumlah perpustakaan yang belum memenuhi standar di tingkat SMP mencapai 19 persen atau sekitar 12 dari total 61 SMP, sedangkan di SMA terdapat lima perpustakaan atau enam persen dari 81 SMA. Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Sumitro mengatakan, peningkatan sarana perpustakaan terkendala skala prioritas dan dana. Tahun ini belum ada anggaran untuk peningkatan perpustakaan sekolah.

Prioritas kami masih membetulkan ruang kelas yang rusak karena gempa, katanya, Kamis (21/8) di Yogyakarta. Kepala SMP Gotong Royong, Yogyakarta, Ame Lita Br Tarigan Sibero mengatakan, untuk memenuhi dana operasional sekolah saja masih sulit. Pemasukan sekolah selalu habis untuk dana operasional saja. Jadi, memang sama sekali belum ada anggaran untuk perpustakaan, katanya.

Akibatnya, perpustakaan di sekolah dengan 34 murid tersebut masih jauh dari memadai. Ruang perpustakaan masih menjadi satu dengan ruang penyimpanan alat kebersihan dan tumpukan kertas. Selain itu, koleksi perpustakaan juga sangat minim. Sebagian besar koleksi buku di perpustakaan adalah buku teks pelajaran. Selain hasil sumbangan, buku-buku pelajaran itu dibeli dengan uang bantuan operasional sekolah (BOS) buku.

Untuk menambah koleksi perpustakaan, sekolah masih menyimpan koran gratis yang pernah mereka terima dalam rangka promosi sekitar setahun lalu. Seorang guru juga berinisiatif meminjamkan majalah hasil langganannya. Karena tidak ada dana, SMK Perkebunan MM 51 Yogyakarta belum mampu memperbaiki ruang perpustakaan yang rusak akibat gempa dua tahun lalu. Langit-langit ruangan yang berlubang besar di sana-sini membuat murid takut masuk perpustakaan. Kesulitan alokasi dana minimal perpustakaan juga dialami SD Negeri Badran yang pemasukkannya hanya bersumber dari dana BOS pusat dan daerah. Tahun ini, sekolah tersebut baru bisa mengalokasikan 3,07 persen dari total rencana APBS untuk dana perpustakaan. Kami memprioritaskan pengeluaran untuk kegiatan belajar-mengajar, kata Sofiatun, pengelola perpustakaan di SDN Badran. (ire)

sumber:www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar